Curhat Seks
Terbaru 2017 Perkosa Gila Istri Tetangga Bertubuh Sintal
Curhat
Seks Terbaru 2017 Perkosa Gila Istri Tetangga Bertubuh Sintal - Bacaan Sex
sebelumnya ialah curhat Seks Dewasa Aku Diperdaya Jadi Budak Seks Akibat Foto
Bugilku curhat Sex, curhat Ngentot, curhat Dewasa, curhat Semi, curhat Panas,
curhat Horny curhat Sex, curhat Ngentot, curhat Dewasa, curhat Semi, curhat
Panas, curhat Horny Awalnya aku tak terlalu tertarik dengan pasangan
suami-istri muda yang baru tinggal di samping rumahku itu. Suaminya yang
bernama Bram, berusia sekitar 32 tahun, merupakan seorang pria dengan wajah
tirus dan dingin. Sangat mahal senyum.
Curhat
Sex - Sedang istrinya, seorang wanita 23 tahun, bertubuh sintal yang memiliki
sepasang mata membola cantik, raut wajah khas wanita Jawa. Tak beda jauh dengan
suaminya, dia juga terlihat kaku dan tertutup. Tapi watak itu, agaknya lebih
disebabkan oleh sikap pendiam dan pemalunya. Sehari-harinya, dia selalu
mengenakan pakaian kebaya. Latar belakang kehidupan pedesaan wanita berambut
ikal panjang ini, terlihat masih cukup kental, Jakarta tak membuatnya berubah.
Aku
hanya sempat bicara dan bertemu lebih dekat dengan pasangan ini, dihari pertama
mereka pindah. Saat mengangkat barang-barangnya, aku kebetulan baru pulang dari
jogging dan lewat di depan pintu pagar halaman rumah yang mereka kontrak.
Setelah itu, aku tak pernah lagi kontak dengan keduanya. Aku juga tak merasa perlu
untuk mengurusi mereka. Perasaan dan pikiranku mulai berubah, khususnya
terhadap si Istri yang bernama Maryati, ketika suatu pagi bangun dari tidur aku
duduk di balik jendela. Dari arah sana, secara kebetulan, juga melalui jendela
kamarnya, aku menyaksikan si Istri sedang melayani suaminya dengan sangat
telaten dan penuh kasih.
Mulai
menemani makan, mengenakan pakaian, memasang kaos kaki, sepatu, membetulkan
letak baju, sampai ketika mencium suaminya yang sedang bersiap-siap untuk turun
kerja, semua itu kusaksikan dengan jelas. Aku punya kesimpulan wanita lumayan
cantik itu sangat mencintai pasangan hidupnya yang berwajah dingin tersebut.
Entah mengapa, tiba-tiba saja muncul pertanyaan nakal di otakku. Apakah Istri
seperti itu memang memiliki kesetiaan yang benar-benar tulus dan jauh dari
pikiran macam-macam terhadap suaminya? Sebutlah misalnya berhayal pada suatu
ketika bisa melakukan petualangan seksual dengan lelaki lain? Apakah seorang
istri seperti itu mampu bertahan dari godaan seks yang kuat, jika pada suatu
ketika, dia terposisikan secara paksa kepada suatu kondisi yang memungkinkannya
bermain seks dengan pria lain?
Apakah
dalam situasi seperti itu, dia akan melawan, menolak secara total meski
keselamatannya terancam? Atau apakah dia justru melihatnya sebagai peluang
untuk dimanfaatkan, dengan dalih ketidakberdayaan karena berada dibawah
ancaman? Pertanyaan-pertanyaan itu, secara kuat menyelimuti otak dudaku yang
memang kotor dan suka berhayal tentang penyimpangan seksual. Sekaligus juga
akhirnya melahirkan sebuah rencana biadab, yang jelas sarat dengan resiko dosa
dan hukum yang berat. Aku ingin memperkosa Maryati! Wuah! Tapi itulah memang
tekad yang terbangun kuat di otak binatangku. Sesuatu yang membuatmu mulai hari
itu, secara diam-diam melakukan pengamatan dan penelitian intensif terhadap
pasangan suami istri muda tersebut.
Kuamati,
kapan keduanya mulai bangun, mulai tidur, makan dan bercengkrama. Kapan saja si
Suami bepergian ke luar kota lebih dari satu malam, karena tugas perusahaannya
sebuah distributor peralatan elektronik yang cukup besar. Dengan kata lain,
kapan Maryati, wanita dengan sepasang buah dada dan pinggul yang montok sintal
itu tidur sendirian di rumahnya. Untuk diketahui, pasangan ini tidak punya
pembantu. Saat itulah yang bakal kupilih untuk momentum memperkosanya.
Menikmati bangun dan lekuk-lekuk tubuhnya yang memancing gairah, sambil menguji
daya tahan kesetiaannya sebagai istri yang bisa kukategorikan lumayan setia.
Sebab setiap suaminya bepergian atau sedang keluar, wanita ini hanya mengunci
diri di dalam rumahnya.
Selama
ini bahkan dia tak pernah kulihat meski hanya untuk duduk-duduk di terasnya
yang besar. Itu ciri Ibu Rumah Tangga yang konservatif dan kukuh memegang
tradisi sopan-santun budaya wanita timur yang sangat menghormati suami. Meski
mungkin mereka sadar, seorang suami, yang terkesan sesetia apapun, jika punya
peluang dan kesempatan untuk bermain gila, mudah terjebak ke sana. Aku tahu
suaminya, si Bram selalu bepergian keluar kota satu atau dua malam, setiap hari
Rabu. Apakah benar-benar untuk keperluan kantornya, atau bisa jadi menyambangi
wanita simpanannya yang lain. Dan itu bukan urusanku. Yang penting, pada Rabu
malam itulah aku akan melaksanakan aksi biadabku yang mendebarkan. Semua
tahapan tindakan yang akan kulakukan terhadap wanita yang di mataku semakin
menggairahkan itu, kususun dengan cermat.
Aku
akan menyelinap ke rumahnya hanya dengan mengenakan celana training minus
celana dalam, serta baju kaos ketat yang mengukir bentuk tubuh bidangku. Buat
Anda ketahui, aku pria macho dengan penampilan menarik yang gampang memaksa
wanita yang berpapasan denganku biasanya melirik. Momen yang kupilih, adalah
pada saat Maryati akan tidur. Karena berdasarkan hasil pengamatanku, hanya pada
saat itu, dia tidak berkebaya, cuma mengenakan daster tipis yang (mungkin)
tanpa kutang. Aku tak terlalu pasti soal ini, karena cuma bisa menyaksikannya
sekelebat saja lewat cara mengintip dari balik kaca jendelanya dua hari lalu.
Kalau Maryati cuma berdaster, berarti aku tak perlu disibukkan untuk melepaskan
stagen, baju, kutang serta kain yang membalut tubuhnya kalau lagi berkebaya.
Sedang
mengapa aku cuma mengenakan training spack tanpa celana dalam, tahu sendirilah.
Aku menyelinap masuk ke dalam rumahnya lewat pintu dapur yang terbuka petang
itu. Saat Maryati pergi mengambil jemuran di kebun belakangnya, aku cepat
bersembunyi di balik tumpukan karton kemasan barang-barag elektronik yang
terdapat di sudut ruangan dapurnya. Dari sana, dengan sabar dan terus berusaha
untuk mengendalikan diri, wanita itu kuamati sebelum dia masuk ke kamar
tidurnya. Dengan mengenakan daster tipis dan ternyata benar tanpa kutang
kecuali celana dalam di baliknya. Si Istri Setia itu memeriksa kunci-kunci
jendela dan pintu rumahnya. Dari dalam kamarnya terdengar suara acara televisi
cukup nyaring.
Nah,
pada saat dia akan masuk ke kamar tidurnya itulah, aku segera memasuki tahapan
berikut dari strategi memperkosa wanita bertubuh sintal ini. Dia kusergap dari
belakang, sebelah tanganku menutup mulutnya, sedang tangan yang lain secara
kuat mengunci kedua tangannya. Maryati terlihat tersentak dengan mata terbeliak
lebar karena terkejut sekaligus panik dan ketakutan. Dia berusaha meronta
dengan keras. Tapi seperti adegan biasa di film-film yang memperagakan ulah
para bajingan, aku cepat mengingatkannya untuk tetap diam dan tidak bertindak
bodoh melakukan perlawanan. Hanya bedanya, aku juga mengutarakan permintaan
maaf. “Maafkan saya Mbak. Saya tidak tahan untuk tidak memeluk Mbak.
Percayalah, saya tidak akan menyakiti Mbak.
Dan
saya bersumpah hanya melakukan ini sekali. Sekali saja,” bisikku membujuk
dengan nafas memburu akibat nafsu dan rasa tegang luar biasa. Maryati tetap
tidak peduli. Dia berusaha mengamuk, menendang-nendang saat kakiku menutup
pintu kamarnya dan tubuhnya kepepetkan ke dinding. “Kalau Mbak ribut, akan
ketahuaan orang. Kita berdua bisa hancur karena malu dan aib. Semua ini tidak
akan diketahui orang lain. Saya bersumpah merahasiakannya sampai mati, karena
saya tidak mau diketahui orang lain sebagai pemerkosa,” bisikku lagi dengan
tetap mengunci seluruh gerakan tubuhnya. Tahapan selanjutnya, adalah menciumi
bagian leher belakang dan telinga wanita beraroma tubuh harum merangsang itu.
Sedang
senjataku yang keras, tegang, perkasa dan penuh urat-urat besar, kutekankan
secara keras ke belahan pantatnya dengan gerakan memutar, membuat Maryati
semakin terjepit di dinding. Dia mencoba semakin kalap melawan dan meronta,
namun apalah artinya tenaga seorang wanita, di hadapan pria kekar yang sedang
dikuasai nafsu binatang seperti diriku. Aksi menciumi dan menekan pantat
Maryati terus kulakukan sampai lebih kurang sepuluh menit. Setelah melihat ada
peluang lebih baik, dengan gerakan secepat kilat, dasternya kusingkapkan.
Celana dalamnya segera kutarik sampai sobek ke bawah, dan sebelum wanita ini
tahu apa yang akan kulakukan, belahan pantatnya segera kubuka dan lubang
anusnya kujilati secara buas.
Maryati
terpekik. Sebelah tanganku dengan gesit kemudian menyelinap masuk diantara
selangkangannya dari belakang dan meraba serta meremas bagian luar kemaluannya,
tapi membiarkan bagian dalamnya tak terjamah. Strategiku mengingatkan belum
waktunya sampai ke sana. Aksi menjilat dan meremas serta mengusap-usap ini
kulakukan selama beberapa menit. Maryati terus berusaha melepaskan diri sambil
memintaku menghentikan tindakan yang disebutnya jahanam itu. Dia berulang-ulang
menyebutku binatang dan bajingan. Tak soal. Aku memang sudah jadi binatang
bajingan. Dan sekarang sang bajingan sudah tanpa celana, telanjang sebagian.
“Akan kulaporkan ke suamiku,” ancamnya kemudian dengan nafas terengah-engah.
Aku tak menyahut sambil bangkit berdiri serta menciumi pundaknya.
Lalu
menempelkan batang perkasaku yang besar, tegang dan panas diantara belahan
pantatnya. Menekan dan memutar-mutarnya dengan kuat di sana. Sedang kedua
tanganku menyusup ke depan, meraba, meremas dan memainkan puting buah dada
besar serta montok wanita yang terus berjuang untuk meloloskan diri dari
bencana itu. “Tolong Mas Dartam, lepaskan aku. Kasihani aku,” ratapnya. Aku
segera menciumi leher dan belakang telinganya sambil berbisik untuk membujuk,
sekaligus memprovokasi. “Kita akan sama-sama mendapat kepuasan Mbak. Tidak ada
yang rugi, karena juga tidak akan ada yang tahu. Suamimu sedang keluar kota.
Mungkin juga dia sedang bergulat dengan wanita lain. Apakah kau percaya dia
setia seperti dirimu,” bujukku mesra. “Kau bajingan terkutuk,” pekiknya dengan
marah.
Sebagai
jawabannya, tubuh putih yang montok dan harum itu (ciri yang sangat kusenangi)
kali ini kupeluk kuat-kuat, lalu kuseret ke atas ranjang dan menjatuhnya di
sana. Kemudian kubalik, kedua tangannya kurentangkan ke atas. Selanjutnya,
ketiak yang berbulu halus dan basah oleh keringat milik wanita itu, mulai
kuciumi. Dari sana, ciumanku meluncur ke sepasang buah dadanya. Menjilat,
menggigit-gigit kecil, serta menyedot putingnya yang terasa mengeras tegang.
“Jangan Mas Darta. Jangan.. Tolong lepaskan aku.” Wanita itu menggeliat-geliat
keras. Masih tetap berusaha untuk melepaskan diri. Tetapi aku terus bertindak
semakin jauh. Kali ini yang menjadi sasaranku adalah perutnya. Kujilat habis,
sebelum pelan-pelan merosot turun lebih ke bawah lalu berputar-putar di bukit
kemaluannya yang ternyata menggunung tinggi, mirip roti.
Sementara
tanganku meremas dan mempermainkan buah dadanya, kedua batang paha putih dan
mulusnya yang menjepit rapat, berusaha kubuka. Maryati dengan kalap berusaha
bangun dan mendorong kepalaku. Kakinya menendang-nendang kasar. Aku cepat
menjinakkannya, sebelum kaki dan dengkul yang liar itu secara telak membentur
dua biji kejantannanku. Bisa celaka jika itu terjadi. Kalau aku semaput, wanita
ini pasti lolos. Setelah berjuang cukup keras, kedua paha Maryati akhirnya
berhasil kukuakkan. Kemudian dengan keahlian melakukan cunnilingus yang
kumiliki dari hasil belajar, berteori dan berpraktek selama ini, lubang dan
bibir kelamin wanita itu mulai menjadi sasaran lidah dan bibirku. Tanpa sadar
Maryati terpekik, saat kecupan dan permainan ujung lidahku menempel kuat di
klitorisnya yang mengeras tegang.
Kulakukan
berbagai sapuan dan dorongan lidah ke bagian-bagian sangat sensitif di dalam
liang senggamanya, sambil tanganku terus mengusap, meremas dan memijit-mijit
kedua buah dadanya. Maryati menggeliat, terguncang dan tergetar, kadang
menggigil, menahan dampak dari semua aksi itu. Kepalanya digeleng-gelengkan
secara keras. Entah pernyataan menolak, atau apa. Sambil melakukan hal itu,
mataku berusaha memperhatikan permukaan perut Si Istri Setia ini. Dari sana aku
bisa mempelajari reaksi otot-otot tubuhnya, terhadap gerakan lidahku yang terus
menyeruak masuk dalam ke dalam liang senggamanya. Dengan sentakan-sentakan dan
gelombang di bagian atas perut itu, aku akan tahu, di titik dan bagian mana
Maryati akan merasa lebih terangsang dan nikmat.
Gelombang
rangsangan yang kuat itu kusadari mulai melanda Maryati secara fisik dan emosi,
ketika perlawanannya melemah dan kaki serta kepalanya bergerak semakin resah.
Tak ada suara yang keluar, karena wanita ini menutup bahkan menggigit bibirnya.
Geliat tubuhnya bukan lagi refleksi dari penolakan, tetapi (mungkin) gambaran
dari seseorang yang mati-matian sedang menahan kenikmatan. Berulang kali
kurasakan kedua pahanya bergetar. Kemaluannya banjir membasah. Ternyata benar
analisa otak kotorku beberapa pekan lalu. Bahwa sesetia apapun seorang Istri,
ada saat di mana benteng kesetiaan itu ambruk, oleh rangsangan seksual yang
dilakukan dalam tempo relatif lama secara paksa, langsung, intensif serta
tersembunyi oleh seorang pria ganteng yang ahli dalam masalah seks. Maryati
telah menjadi contoh dari hal itu.
Mungkin
juga ketidakberdayaan yang telah membuatnya memilih untuk pasrah. Tetapi
rasanya aku yakin lebih oleh gelora nafsu yang bangkit ingin mencari
pelampiasan akibat rangsangan yang kulakukan secara intensif dan ahli di
seluruh bagian sensitif tubuhnya. Aksiku selanjutnya adalah dengan memutar
tubuh, berada di atas Maryati, memposisikan batang kejantananku tepat di atas
wajah wanita yang sudah mulai membara dibakar nafsu birahi itu. Aku ingin
mengetahui, apa reaksinya jika terus kurangsang dengan batang perkasaku yang
besar dan hangat tepat berada di depan mulutnya. Wajahku sendiri, masih berada
diantara selangkangannyadengan lidah dan bibir terus menjilat serta menghisap
klitoris dan liang kewanitaannya.
Paha
Maryati sendiri, entah secara sadar atau tidak, semakin membuka lebar, sehingga
memberikan kemudahan bagiku untuk menikmati kelaminnya yang sudah membanjir
basah. Mulutnya berulangkali melontarkan jeritan kecil tertahan yang bercampur
dengan desisan. Aksi itu kulakukan dengan intensif dan penuh nafsu, sehingga
berulang kali kurasakan paha serta tubuh wanita cantik itu bergetar dan
berkelojotan. Beberapa menit kemudian mendadak kurasa sebuah benda basah yang
panas menyapu batang kejantananku, membuatku jadi agak tersentak. Aha, apalagi
itu kalau bukan lidah si Istri Setia ini. Berarti, selesailah sudah seluruh
perlawanan yang dibangunnya demikian gigih dan habis-habisan tadi. Wanita ini
telah menyerah.
Namun
sayang, jilatan yang dilakukannya tadi tidak diulanginya, meski batang
kejantananku sudah kurendahkan sedemikian rupa, sehingga memungkinkan mulutnya
untuk menelan bagian kepalanya yang sudah sangat keras, besar dan panas itu.
Boleh jadi wanita ini merasa dia telah menghianati suaminya jika melakukan hal
itu, menghisap batang kejantanan pria yang memperkosanya! Tak apa. Yang penting
sekarang, aku tahu dia sudah menyerah. Aku cepat kembali membalikkan tubuh.
Memposisikan batang kejantananku tepat di depan bukit kewanitaannya yang sudah
merekah dan basah oleh cairan dan air ludahku. Aku mulai menciumi pipinya yang
basah oleh air mata dan lehernya. Kemudian kedua belah ketiaknya. Maryati
menggelinjang liar sambil membuang wajahnya ke samping. Tak ingin bertatapan
denganku.
Buah
dadanya kujilati dengan buas, kemudian berusaha kumasukan sedalam-dalamnya ke
dalam mulutku. Tubuh Maryati mengejang menahan nikmat. Tindakan itu
kupertahankan selama beberapa menit. Kemudian batang kejantananku semakin
kudekatkan ke bibir kemaluannya. Ah.., wanita ini agaknya sudah mulai tidak
sabar menerima batang panas yang besar dan akan memenuhi seluruh liang
sanggamanya itu. Karena kurasa pahanya membentang semakin lebar, sementara
pinggulnya agak diangkat membuat lubang sanggamanya semakin menganga merah.
“Mbak Mar sangat cantik dan merangsang sekali. Hanya lelaki yang beruntung
dapat menikmati tubuhmu yang luar biasa ini,” gombalku sambil menciumi pipi dan
lehernya.
“Sekarang
punyaku akan memasuki punya Mbak. Aku akan memberikan kenikmatan yang luar
biasa pada Mbak. Sekarang nikmatilah dan kenanglah peristiwa ini sepanjang
hidup Mbak.” Setelah mengatakan hal itu, sambil menarik otot di sekitar anus
dan pahaku agar ketegangan kelaminku semakin meningkat tinggi, liang kenikmatan
wanita desa yang bermata bulat jelita itu, mulai kuterobos. Maryati terpekik,
tubuhnya menggeliat, tapi kutahan. Batang kejantananku terus merasuk semakin
dalam dan dalam, sampai akhirnya tenggelam penuh di atas bukit kelamin yang
montok berbulu itu. Untuk sesaat, tubuhku juga ikut bergetar menahan kenikmatan
luar biasa pada saat liang kewanitaan wanita ini berdenyut-deyut menjepitnya.
Tubuhku
kudorongkan ke depan, dengan pantat semakin ditekan ke bawah, membuat pangkal
atas batang kejantananku menempel dengan kuat di klitorisnya. Maryati melenguh
gelisah. Tangannya tanpa sadar memeluk tubuhku dengan punggung melengkung.
Kudiamkan dia sampai agak lebih tenang, kemudian mulailah gerakan alamiah untuk
coitus yang membara itu kulakukan. Maryati kembali terpekik sambil meronta
dengan mulut mendesis dan melengguh. Tembakan batang kejantananku kulakukan
semakin cepat, dengan gerakan berubah-ubah baik dalam hal sudut tembakannya,
maupun bentuknya dalam melakukan penetrasi. Kadang lurus, miring, juga memutar,
membuat Maryati benar-benar seperti orang kesurupan.
Wanita
ini kelihatanya sudah total lupa diri. Tangannya mencengkram pundakku, lalu
mendadak kepalanya terangkat ke atas, matanyaterbeliak, giginya dengan kuat
menggigit pundakku. Dia orgasme! Gerakan keluar-masuk batang kejantananku
kutahan dan hanya memutar-mutarnya, mengaduk seluruh liang sanggama Maryati,
agar bisa menyentuh dan menggilas bagian-bagian sensitif di sana. Wanita
berpinggul besar ini meregang dan berkelonjotan berulang kali, dalam tempo
waktu sekitar dua puluh detik. Semuanya kemudian berakhir. Mata dan hidungnya
segera kuciumi. Pipinya yang basah oleh air mata, kusapu dengan hidungku.
Tubuhnya kupeluk semakin erat, sambil mengatakan permintaan maaf atas
kebiadabanku. Maryati cuma membisu. Kami berdua saling berdiaman.
Kemudian
aku mulai beraksi kembali dengan terlebih dahulu mencium dan menjilati leher,
telinga, pundak, ketiak serta buah dadanya. Kocokan kejantananku kumulai secara
perlahan. Kepalanya kuarahkan ke bagian-bagian yang sensitif atau G-Spot wanita
ini. Hanya beberapa detik kemudian, Maryati kembali gelisah. Kali ini aku
bangkit, mengangkat kedua pahanya ke atas dan membentangkannya dengan lebar,
lalu menghujamkan batang perkasaku sedalam-dalamnya. Maryati terpekik dengan
mata terbeliak, menyaksikan batang kejantananku yang mungkin jauh lebih besar
dari milik suaminya itu, berulang-ulang keluar masuk diantara lubang berbulu
basah miliknya. Matanya tak mau lepas dari sana. Kupikir, wanita ini terbiasa
untuk berlaku seperti itu, jika bersetubuh. Wajahnya kemudian menatap wajahku.
“Mas…” bisiknya.
Aku
mengangguk dengan perasaan lebih terangsang oleh panggilan itu, kocokanbatang
kejantananku kutingkatkan semakin cepat dan cepat, sehingga tubuh Maryati
terguncang-guncang dahsyat. Pada puncaknya kemudian, wanita ini menjatuhkan
tubuhnya di tilam, lalu menggeliat, meregang sambil meremas sprei. Aku tahu dia
akan kembali memasuki saat orgasme keduanya. Dan itu terjadi saat mulutnya
melontarkan pekikan nyaring, mengatasi suara Krisdayanti yang sedang menyanyi
di pesawat televisi di samping ranjang. Pertarungan seru itu kembali usai. Aku
terengah dengan tubuh bermandi keringat, di atas tubuh Maryati yang juga basah
kuyup.
Matanya
kuciumi dan hidungnya kukecup dengan lembut. Detak jantungku terasa memacu
demikian kuat. Kurasakan batang kejantananku berdenyut-denyut semakin kuat. Aku
tahu, ini saat yang baik untuk mempersiapkan orgasmeku sendiri. Tubuh Maryati
kemudian kubalikkan, lalu punggungnya mulai kujilati. Dia mengeluh. Setelah
itu, pantatnya kubuka dan kunaikkan ke atas, sehingga lubang anusnya ikut
terbuka. Jilatan intensifku segera kuarahkan ke sana, sementara jariku memilin
dan mengusap-usap klitorisnya dari belakang. Maryati berulang kali menyentakkan
badannya, menahan rasa ngilu itu. Namun beberapa menit kemudian, keinginan
bersetubuhnya bangkit kembali.
Tubuhnya
segera kuangkat dan kuletakkan di depan toilet tepat menghadap cermin besar
yang ada di depannya. Dia kuminta jongkok di sana, dengan membuka kakinya agak
lebar. Setelah itu dengan agak tidak sabar, batang kejantananku yang terus
membesar keras, kuarahkan ke kelaminnya, lalu kusorong masuk sampai ke
pangkalnya. Maryati kembali terpekik. Dan pekik itu semakin kerap terdengar
ketika batang kejantananku keluar masuk dengan cepat di liang sanggamanya.
Bahkan wanita itu benar-benar menjerit berulangkali dengan mata terbeliak,
sehingga aku khawatir suaranya bisa didengar orang di luar. Wanita ini
kelihatannya sangat terangsang dengan style bersetubuh seperti itu. curhat Seks
Hot IGO Ngentot Atasan yang Montok dan Menggoda
Selain
batang kejantananku terasa lebih dahsyat menerobos dan menggesek bagian-bagian
sensitifnya, dia juga bisa menyaksikan wajahku yang tegang dalam memompanya
dari belakang. Dan tidak seperti sebelumnya, Maryati kali ini dengan suara
gemetar mengatakan dia akan keluar. Aku cepat mengangkat tubuhnya kembali ke
ranjang. Menelentangkannya di sana, kemudian menyetubuhinya habis-habisan,
karena aku juga sedang mempersiapkan saat orgasmeku. Aku akan melepas
bendungansperma di kepala kejantananku, pada saat wanita ini memasuki
orgasmenya. Dan itu terjadi, sekitar lima menit kemudian. Maryati meregang
keras dengan tubuh bergetar. Matanya yang cantik terbeliak. Maka orgasmeku
segera kulepas dengan hujaman batang kejantanan yang lebih lambat namun lebih
kuat serta merasuk sedalam-dalamnya ke liang kewanitaan Maryati.
Kedua
mata wanita itu kulihat terbalik, Maryati meneriakkan namaku saat spermaku
menyembur berulang kali dalam tenggang waktu sekitar delapan detik ke dalam
liang sanggamanya. Tangannya dengan kuat merangkul tubuhku dan tangisnya segera
muncul. Kenikmatan luar biasa itu telah memaksa wanita ini menangis. Aku
memejamkan mata sambil memeluknya dengan kuat, merasakan nikmatnya orgasme yang
bergelombang itu. Ini adalah orgasmeku yang pertama dan penghabisanku dengan
wanita ini. Aku segera berpikir untuk berangkat besok ke Kalimantan, ke tempat
pamanku. Mungkin seminggu, sebulan atau lebih menginap di sana.
Aku
tidak boleh lagi mengulangi perbuatan ini. Tidak boleh, meski misalnya Maryati
memintanya. - Koleksi curhat sex, curhat dewasa terbaru, curhat ngentot, curhat
mesum, curhat panas, curhat horny, curhat hot 2016
0 komentar:
Posting Komentar